Rabu, 29 Januari 2014

Pelajar dalam Bingkai Seks Bebas



Muhdiyatmoko, SPelajar dalam Bingkai Seks Bebas
Oleh : Muhdiyatmoko,S.Pd

            Pergaulan pelajar dari hari ke hari sangat mengkhawatirkan. Pasalnya, berbagai tindak kenakalan remaja mereka lakukan. Sejak dari minuman keras, perkelahian, penodongan, kebut-kebutan, membolos sekolah, narkoba, perjudian, pemerkosaan yang didorong agresifitas seksual, pergaulan bebas, dan seks bebas. Tingkat kenakalan yang terakhir  ini ( baca : seks bebas ) sudah sering kita dengar dari berbagai media. Baik media cetak maupun elektronika. Seperti kasus yang terjadi di SMP N  4 Jakarta. Dan yang teranyar adalah kasus mesum dengan tertangkapnya anak SD di sebuah losmen saat berhubungan layaknya suami-istri. ( Joglosemar,6/1/2014).
            Agresifitas seksual yang dipertontonkan oleh kaum pelajar kini sudah meresahkan berbagai pihak. Hal itu terlihat dari pergaulan yang mereka lakukan akhir-akhir ini. Pergaulan bebas yang menjurus pada kemesuman sering diperlihatkan oleh para pelajar. Pelajar berpacaran rasanya hal yang biasa dan lagi ngetrend di kalangan mereka. Bahkan kegiatan tersebut sering dilakukan di tempat-tempat publik. Pergaulan dan seks bebas di kalangan remaja sungguh sangat mengkhawatirkan.
Ada fenomena mengejutkan seputar isu pergaulan remaja tersebut. Salah satunya terjadi di Mojokerto. Yakni,selama 2010, 60 pelajar di wilayah Kabupaten Mojokerto tersebut hamil di luar nikah ( Jawa Pos,11 /09/2011 ). Menurut catatan Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana ( BPPKB)  Kabupaten Mojokerto, dari 60 pelajar yang hamil di luar nikah itu didominasi siswi tingkat SMA yang mencapai 42 orang, siswi SMP 12 orang, dan siswi SD 6 orang.  Ironisnya, tak satu pun pihak sekolah yang melapor. Mereka menganggap hal tersebut sebagai aib sehingga harus ditutup rapat-rapat tanpa berusaha mencari solusi.
Menurut  Ketua Komisi Perlindungan Anak ( Komnas PA ), Arist Merdeka Sirait, menyatakan, Komnas PA bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak, tahun 2012 lalu  melakukan penelitian tentang masalah tersebut. Penelitian yang dilakukan di 12 kota besar di Indonesia menghasilkan, dari 4726 anak yang diteliti, 93,7% remaja SMP dan SMA, mengaku pernah berciuman, melakukan genital stimulation hingga oral seks. Yang tak kalah mengejutkannya,   62,7% remaja SMP mengaku tidak perawan lagi.
Masalah remaja yang melakukan deviant behavior ( seks bebas atau tindakan kriminal lainnya di luar batasan norma ) adalah masalah kita semua. Permasalahan yang menimpa remaja ini bukan berarti tanpa sebab. Watak dan karakter remaja terbentuk karena adanya sebuah system ( baca : kultur ) yang selama ini melingkupinya. Teori psikologi klasik mengemukakan, perilaku seseorang dipengaruhi baik oleh kepribadian individu maupun lingkungan sekitarnya. Boleh jadi perilaku remaja ini terbentuk karena kondisi yang memungkinkan untuk itu.
Bebasnya pergaulan pelajar setidaknya didorong oleh empat hal.  Pertama, lemahnya system kontrol dan monitoring sekolah. Sekolah telah gagal mengemban misinya senagai lembaga pembentukan karakter  ( character building ) dan agen perubahan ( agent of change ). Kedua, derasnya arus informasi dan hiburan di tengah-tengah masyarakat.  Di era globalisasi ini di mana sekat-sekat kehidupan sudah tidak kentara lagi membuat masyarakat mudah mengakses berbagai  informasi dan hiburan. Tak jarang para remaja mengakses hal-hal yang berbau porno dan mesum. Baik yang berupa gambar maupun tulisan. Sehingga hal ini membuat remaja semakin tertarik untuk mencobanya.
            Ketiga, merebaknya tayangan-tayangan yang tidak mendidik. Saat ini kita sering disuguhi tontonan-tontonan murahan yang hanya mengeksploitasi kekerasan, klenik ,  dan  sensualitas manusia . Selain itu sinetron-sinetron yang berlatarbelakang pendidikan pun tidak mengusung nilai-nilai pendidikan yang benar. Bahkan sinetron yang menceritakan kehidupan di sekolah tetapi sama sekali tidak mencerminkan anak sekolah.
 Sinetron tersebut hanya menampilkan budaya pacaran ( perebutan pacar ), perkelahian, pemakaian seragam seenaknya dan siswa tersebut berani melawan guru, siswa pria memakai anting-anting di telinga, hidung atau asesoris lainnya yang sama sekali tidak menggambarkan seorang anak sekolah. Sementara siswa perempuannya seringkali memakai rok mini yang nyaris mempertontonkan paha atau bagian tubuh lainnya yang sangat bertentangan dengan agama, etika, moralita, dan estetika ketimuran yang selama ini diajarkan di sekolah.  Lebih parahnya sinetron-sinetron tersebut ditayangkan di prime time di mana jam-jam tersebut seharusnya digunakan para pelajar untuk belajar, akibatnya banyak pelajar yang menonotn tayangan yang tidak mendidik ini.
Keempat, merebaknya budaya hedonis, pragmatisme, dan permisivisme. Hasil survei memperlihatkan pelajar/ remaja Indonesia cenderung bersikap apolitis dan apatis terhadap keadaan. Mereka lebih banyak memanfaatkan waktunya untuk berhura-hura daripada melakukan kegiatan positif. Lebih dari itu, mereka bersikap permisif terhadap perilaku kebebasan seks. Budaya-budaya glamour, nge-pop, sok perlente, sok keren, sok gaul, telah menyeret pelajar pada budaya hedonis dan permisif. Sedangkan lingkungan pun telah mendukung ke arah hal tersebut. Menjamurnya keping VCD porno, bioskop, bar, diskotik, minuman keras, majalah/koran seronok yang menampilkan gambar-gambar syur, porno, dan cerita mesum, setidak-tidaknya telah memberikan andil dalam membentuk pergaulan remaja sekarang ini.
Budaya pornografi memang telah merunyak ke seluruh permukaan negeri. Bahkan hal-hal yang dulu dianggap tabu, saru, kini semuanya serba biasa, wajar,dan boleh. Inilah ekses dari globalisasi dunia yang bebas nilai, yaitu budaya permisif dan hedonis. Sehingga hal ini sangat menuntut semua komponen bangsa untuk segera mencarikan solusinya.
Solusi alternatif itu adalah sebuah hal yang sangat mendesak untuk segera dicarikan. Mengingat tingkat kerusakan itu sudah mengkhawatirkan. Bahkan arus budaya pornografi dan kemesuman itu begitu deras melaju hampir tanpa ada hambatan. Sehingga jika tidak segera dibendung laju arus pornografi itu akan membahayakan bagi para remaja pelanjut bangsa.
Fenomena pornografi dan pornoaksi yang merunyak ini tanpa sebuah efek yang melingkarinya. Jika suatu masyarakat yang didalamnya terdapat remaja yang sudah gandrung dengan pornografi dan pornoaksi sudah dipastikan negara tersebut akan mengalami kehancuran. Semua komponen bangsa ini hendaknya belajar dari bangsa-bangsa terdahulu yang telah mendewa-dewakan hawa nafsu. Remaja Indonesia harus dijauhkan dari budaya mesum, pornografi, dan pornoaksi  jika ingin remaja Indonesia menjadi remaja yang tangguh, sholeh,berakhlak mulia , dan siap menggantikan estafet kepemimpinan bangsa.
Sebagai orang tua yang hidup di era globalisasi ini memang tidak mudah menghadapi hal tersebut. Tetapi yang jelas sebagai orang tua hendaknya memberikan pemahaman yang jelas dan benar terhadap pelajar dalam menapaki kehidupan ini. Penguatan keimanan dan ketakwaan sebagai basic element sangat perlu untuk membentengi para pelajar Pemahaman tentang bahayanya pergaulan bebas, narkoba, minuman keras, dan sebagainya perlu juga disampaikan kepada pelajar. Selain itu mengenalkan  seks sejak dini kepada mereka perlu dilakukan mengingat kondisi saat ini yang mengkhawatirkan. Dengan mengenal sejak dini diharapkan siswa tidak akan gegabah dan main-main dengan aktivitas yang menjurus pada pelecehan seksual. Tentu saja hal ini dilakukan dengan bekerjasama secara sinergis antara orang tua, sekolah ( guru ), dan masyarakat. Pemerintah pun diharapkan memiliki andil dalam menyelamatkan pelajar yang notabenenya generasi penerus dan pelanjut bangsa.
Media komunikasi pun ( dalam hal ini media cetak dan elektronik ) segera menyadari akan peran yang diembannya. Media yang sering menayangkan acara berbau pornogarafi, hendaknya segera sadar bahwa tayangan itu membahayakan bagi pemirsanya. Perlahan tapi pasti karakter individu akan dipengaruhi oleh media yang melingkupinya. Untuk itu penyadaran kembali akan bahaya pornogarafi segera dilakukan sehingga remaja tersebut tidak akan kehilangan arah hidup dan akhirnya akan terselamatkan.
Fenomena seks bebas yang terjadi di Mojokerto  adalah hanyalah sebuah fenomena gunung es yang terjadi di salah satu kota . Masih banyak fenomena serupa yang terjadi di beberapa sudut kota di Indonesia ini yang belum tersentuh. Semoga dengan adanya fenomena Mojokerto ini menjadikan pemerintah untuk serius mencarikan solusi terbaik demi keselamatan remaja penerus dan pelanjut bangsa. Untuk itu penyadaran kembali akan bahaya pornografi, pergaulan bebas, seks bebas, dan penguatan keimanan segera dilakukan sehingga remaja tersebut tidak akan kehilangan arah hidup dan akhirnya akan terselamatkan.
Penulis :    Muhdiyatmoko,S.Pd;
Kepala SMP  Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta.

Jumat, 09 Maret 2012







Materi Bahasa Jawa Kelas VII UTS 2


Persiapan UTS II Kelas VII
SMP Muhammadiyah Program Khusus Surakarta
Tahun 2010/2011

  1. Basa Krama
Ngoko lugu           : Simbah lagi lara wetenge
Ngoko alus            : Simbah lagi gerah padharane
Krama alus            : Simbah nembe gerah padharanipun.

  1. Tembang macapat
Tembang macapat uga diarani sekar alit utawi tembang cilik. Wujude sekar macapat ana 11.
Paugeranipun tembang macapat:
a. guru gatra          : cacahing larikan saben sapada ( sabait )
b. guru wilangan   : cacahing wanda ( suku kata ) saben sagatra.
c. guru lagu/dhong-dhing : taibanipun aksara swara ( vokal ) wonten ing saben sagatra.
  1. Tembung kriya.
Tembung kriya ana ing basa Indonesia tegese “kata kerja”. Wujude tembung kriya ana 2 :
  1. kriya tanduk ( kata kerja aktif ) : cirine nganggo ater-ater : anuswara ( n,ny,m ng).
Tuladha : n + tari = nari
                  Ny + sapu = nyapu
  1. kriya tanggap ( kata kerja pasif) : cirine nganggo ater-ater tri purusa ( dak-,kok-,di-) lan seselan –in-
Tuladha : dak + gawa=dakagawa
                  Kok + banting = kokbanting
                  Tulis + in = tinulis
  1. Geguritan
Geguritan= puisi bebas=puisi modern abasa jawi.
Purwakanthi = unen-unen ingkang runtut saha endah wonten geguritan.
Maceme ana 3 :
  1. Purwakanthi swara : ingkang sami swantenipun aksara swara ( vokal : a,i,u,e,o)
Tuladha : gemi setiti ngati-ati ( i ).
  1. Purwaknthi sastra : ingkang sami penyeratipun swanten sigeg /konsonan.
Tuladha : sluman slumun slamet ( s,l)
                  Putarane petruk padha padu.
  1. Purwakanthi basa/lumaksita  : ingkang sampun diangge, dipun angge malih wonten ing gatra salajengipun.
Tuladha : bayem arda, ardane ngrasuk busana ( arda ).
  1. Dongeng
Yaiku crita karangan sing ngayawara lan mokal bisa kalakone.
Wujude dongeng : fabel, legenda, mite, sage, gegedhug ( wiracarita ): crita kang ngandarake para linuwih ing jaman kuna. ( Tuladhane : Gajah Mada, Wali Sanga ).
6. Perangane layang : adangiyah, bebuka, surasa basa, wasana basa, titi mangsa, peprenah, tapak asma
Adangiyah = alamat kang dituju
Bebuka = menehi kabar keslametan
Surasa basa= isining layang
Wasana basa= panutuping layang
Titi mangsa= tanggal,sasi, lan taune nalika nulis layang
Peprenah = kaprenah apa tumrap sing kokkirimi layang : ingkang putra, saking wayah
Tapak asma utawa tanda tangan.
  1. Tembung lingga = kata dasar.
7. Tembung dwilingga ( dwilingga salin swara, dwipurwa, dwiwasana ).
8. Tembung entar = tembung sing dudu salugune
Tuladha : Bocah kok rai gedheg ( = ora duwe isin )
9. Ukara prentah.
10. Cangkriman
Tuladha : pitik walik saba kebon = nanas
Barang bosol  malah enak = …………..
Tibane ana ngisor, sing digoleki ana ing dhuwur =………….
11. Wangsalan = kaya cangkriman, nanging batangane sinebut ing ukara candhake, sarana disrempet bae.
Tuladha :jenang gula ( =glali ), aja lali marang wong tuwa.
Rokok cendhak ( = tegesan ), mbok aja sok seneng neges-neges.
12. Sanepa = unen-unen kang nduweni teges kosok balen. Karepe  kanggo mbangetake.
Tuladha : - Ambune arum jamban = bacin banget.
Jamban iku mesthi bacin ambune, nanging isih kaanggep wangi. Mula, tegese ambune bacin banget .
-          Polahe anteng kitiran = polahe rongeh /ora karuwan.
Kitiran ( sing mubeng ) kaanggep anteng. Mula tegese polahe rongeh/ora karuwan.
-Tatune arang kranjang, playune banter keong, eseme pait madu, kawruhe jero tapak meri, awake kuru semangka dll.
13. Golekana tegese!
Jembar segarane=………….
Kebo nusu gudel=………..
Tulung menthung=…………
Tumbak cucukan=……………
14. Pewayangan
Lakon wayang kuwi akeh cacahe. Umpamane Petruk Dadi Ratu, Kresna Duta, Laire Gathutkaca, Semar Mbangun Kahyangan, Gathutkaca Palastra lan sapanunggalane.
Piranti pewayangan = kelir, keprak, blencong, gamelan, waranggana, niyaga, dll.
15. Purwakanthi = ana 3 yaiku purwaknthi swara, sastra, lan basa
a. Purwakanthi swara= suwarane utawa vokale padha.
Tuladha : Tamba teka, lara lunga
b. Purwakanthi sastra = sing runtut sastrane, tulisane.
Umume manggon ing wiwitaning tembung utawa tengahing tembung.
Tuladha : Dikethok-kethok  kayan lombok, dirajang-rajang kaya brambang.
c. Purwaknthi basa = purwakanthi sing pungkasaning gatra, ngarep runtut karo wiwitane gatra mburi.
Tuladha : Kolik priya, priyagung Anjani putra
16. Tembung saroja= tembung kang padha tegese digandeng dadi siji ngemu surasa mbangetake.
Tuladha : adi luhung = apik banget; welas asih=asih banget.














“Samubarang gegayuhan  mbutuhake perjuangan “
 
 


















Materi Persiapan UTS II


Persiapan UTS II Kelas VIII
Bahan:
-         Buku paket basa Jawa
-         Buku Tuntas basa Jawa
-         Buku catetan

1.        Perangane layang : adangiyah, bebuka, surasa basa, wasana basa, titi mangsa, peprenah, tapak asma
Adangiyah = alamat kang dituju
Bebuka = menehi kabar keslametan
Surasa basa= isining layang
Wasana basa= panutuping layang
Titi mangsa= tanggal,sasi, lan taune nalika nulis layang
Peprenah = kaprenah apa tumrap sing kokkirimi layang : ingkang putra, saking wayah
Tapak asma utawa tanda tangan.
2.       Bebasan
Yaiku unen-unen sing ajeg panganggone, isi surasa pepindhan tumrap kahanane wong.
Tuladha:
1. Emban cindhe emban siladan
    Tegese: pilih kasih
2. Idu didilat maneh
Tegese : janji wis dikandhake dijabel.
3.       Paribasan
Yaiku unen-unen sing ajeg panganggone,ateges apa anane.
Tuladha:
Katula-tula katali
=wong kang nandang susah terus-terusan.
4.       Saloka
Yaiku tetembungan kang ajeg panganggone,nanging sinamun ing upama utawa pepindhan.
Contone:
Cebol nggayuh lintang : duwe kekarepan sing mokal kalakone.
Endhas gundhul dikepeti : wis kepenak dikepenake.
5.       Unsur intrinsik ana ing cerkak yaiku
Irah-irahan : judul ( kanggo nggambarake isine cerkak).
Tema : dasare crita utawa idhe dasar crita.
Alur : reroncen kadadean-kadadean ing crita.
Paraga : tokoh crita utawa tokoh sing dicritakake.
Latar : papan,wektu,lan swasana ing crita.
Watake paraga : sipat-sipat sing diduweni paraga.
Amanat : pesen utawa piwulang kang dikandhut crita.
Sudut pandang : posisine pangripta ing crita, dadi pengamat ing njaba crita utawa dadi paraga ing njerone crita.
6.       Ukara Lamba
Uga diarani ukara ganep. Tegese ukara kang nduweni jejer lan wasesa ganep.
Tuladha :  Marjana turu
7.       Ukara Camboran
Ukara camboran ing basa Indonesia kasebut kalimat majemuk. Yaiku ukara loro dirangkep dadi  siji.
Tuladha:
 Asmali dolanan neker, dene Astuti dolanan boneka.
8.       Jinise Panambang lan Tegese
1.       Panambang a-:
a.              Akon                    : tangia ( akon supaya tangi )
b.              Sanajan                                :  pintera ( sanajan pinter )
c.               Ngarep-arep      : udana ( ngarep-arep supaya udan ).
2. Panambang –e
a.              Pandarbe ( milik ) : omahe ( omah darbeke )
3. Panambang –en
a.              Nandhang           : beleken ( nandhang lara belek)
b.         Akon                     : jupuken ( akon supaya jupuk )
4. Panambang –an
a.     Piranti                   : garisan ( piranti kanggo nggaris )
b.    Panggonan         : sekolahan ( panggonan kanggo sekolah )
c.     Sing                        : panganan ( sing dipangan )
d.    Nganggo              : sarungan ( nganggo sarung )
5. Panambang –ana
Tegese akon nindakake : saponana ( akon nindakake nyapu )
9.       Tembung Rangkep
10.   Yaiku tembung sing dirangkep utawa dibaleni wandane utawa amung sebagian wandane ( suku kata).
Jinising tembung rangkep:
1. Dwilingga (sing dirangkep linggane )
Contone : omah-omah,mlaku-mlaku
2. Dwilingga salin swara ( sing dirangkep linggane/kata dasar,nanging swarane owah/malih).
Contone : mloka-mlaku,mongan-mangan.
3. Dwipurwa (sing dibaleni wanda ngarep=purwane).
Contone : tuku-tutuku=tetuku,
4. Dwiwasana ( sing dibaleni wanda mburi=wasana)
Contone : cekikik,jegeges,cekakak,celuluk.

Wangsulana pitakon-pitakon ing ngisor iki kanthi patitis !
1.       Sebutna sing kudu digatekake nalika nindakake pacelathon !
2.       Gawea tuladha ukara tandhuk lan ukara tanggap ( 2 wae )!
3.       Sebutna kang kudu digatekake nalika nulis lapuran !
4.       Sebutna format/ isine laporan kunjungan ing sawijining papan !
5.       Tulisen nganggo aksara Jawa !
a.       Dalan rame
b.      Pados laron
c.       Suwidak papat
d.      Wonten dompet
e.      Panganan apa sing paling kok senengi
f.        Ingkang kula remeni  inggih punika arem-arem kaliyan sambel goring kenthang.

“Samubarang gegayuhan mbutuhake perjuangan”